Selasa, 31 Maret 2015

BUMI INI BULAT, TIDAK DATAR !!!


Akhir-akhir ini ada segelintir umat Islam yang
berpegang kepada teks Al-Qur’an yang tertulis secara dzohirnya saja (tekstual), dan mengklaim bahwa bumi ini datar.

Lebih dari itu, tidak tanggung-tanggung,
mereka malah berani mengkafirkan orang-orang
yang berkeyakinan bahwa bumi ini bulat adanya.

Kata mereka orang yang tidak percaya bahwa bumi ini datar melawan ayat-ayat Al-Qur’an yang telah menjelaskan dengan nyata bahwa bumi ini datar!

Persoalan ini menjadi masalah yang sangat serius, karena menyebabkan terjadinya benturan antara percaya kepada science modern atau percaya kepada Al-Qur’an suci yang agung.

Sebagian orang awam lalu mengambil jalan pintas dengan mengikuti segelintir umat yang berfaham bumi itu datar, karena takut terjatuh ke dalam kemurtadan, alias menjadi kafir.

Mereka takut dengan ancaman kelompok ini. Apalagi selama ini, sudah terkenal bahwa kelompok ini sangat rajin dan pantang menyerang orang yang tidak sefaham dengan
mereka dengan ancaman kafir, murtad, bid’ah dan lain sebagainya, seraya memakai ayat-ayat Al-Quran segala.

Timbul pertanyaan kemudian, benarkah Al-Qur’an bertentangan dengan ilmu science modern ?

Jawabnya tegas, tidak mungkin ada pertentangan antara ayat-ayat suci Al-Qur’an dengan ilmu science.

Jika pun terjadi pertentangan maka itu terjadi karena dua hal saja.

Pertama; ilmu sciencenya yang tidak
atau belum mampu mendefinisikan secara tepat, atau

Kedua; ayat Al-Qur’annya yang difahamkan
secara keliru, melenceng, alias tidak tepat!

Selama ini ada beberapa ayat yang oleh para
PENGANUT FAHAM BUMI DATAR pakai untuk
mendukung argumentasi atas faham mereka, antara lain;

DALIL PERTAMA,

firman Alloh Subhanahu Wa Ta’ala dalam Al-Qur’an surat Al-Hijr: 19, Dan Kami (Alloh) telah
menghamparkan bumi .”. Nah lihatlah, kata mereka, bukankah ayat ini dengan gamblang telah menjelaskan bahwa bumi itu terhampar, dan tidak dikatakan bulat ! Kemudian mereka pun dengan enteng mengkafirkan semua orang yang berseberangan faham dengan mereka.

DALIL KEDUA,

adalah firman Alloh pada surat Al-Boqoroh: 22,
“Dialah (Alloh) yang telah menjadikan bumi itu
sebagai hamparan (firasy) bagimu.”
Memang secara tekstual, bunyi ayat-ayat di atas
mengatakan bahwa bumi ini terhampar, seumpama firasy, karpet, atau tempat tidur. Namun, apakah sesederhana itu sajakah memahamkan ayat Al- Qur’an.? Apakah memahamkan al-Qur’an yang agung
cukup secara tekstual saja, kemudian mengabaikan arti kontekstualnya ? Kalau demikian, yakni Al-Qur’an hanya difahamkan secara tekstual saja, maka pasti akan hilanglah kehebatan dan keagungan Al-Qur’an itu.

Padahal ada banyak ayat suci Al-Qur’an dan hadis yang mendudukkan derajat orang-orang
berpengetahuan berada beberapa tingkat di atas orang awam. Dalam hal ini, pemahaman kontekstual jelas memerlukan daya nalar yang lebih tinggi dibandingkan sekedar pemahaman tekstual saja.

Dengan demikian, pantaslah kiranya jika Alloh dalam Al-Qur’an dan Nabi dalam banyak hadis beliau, memuji dan menyatakan bahwa orang yang berilmu pengetahuan, yang memakai akal dan nalar, memiliki derajat yang tinggi jauh berbeda dengan orang awam.

PEMBAHASAN MASALAH

Pada surat Al-Hijr ayat 19 dikatakan bahwa Alloh telah menghamparkan bumi. Disitu tidak ada dikatakan bagian yang dihamparkan adalah bagian bumi tertentu, tetapi yang terhampar adalah bumi secara mutlak. Sehingga dengan demikian, jika kita berada di suatu tempat di bagian manapun dari pada bumi itu (selatan, barat, utara, dan timur), maka kita
akan melihat bahwa bumi itu datar saja, SEOLAH-OLAH TERHAMPAR di hadapan kita. Kemudian jika kita berjalan dan terus berjalan dengan mengikuti satu arah yang tetap, maka bumi itu akan terus menerus kita dapati terhampar di hadapan kita sampai suatu saat kita kembali ke tempat semula saat awal berjalan. Hal ini telah jelas membuktikan
bahwa justru bumi itu bulat adanya. Sebaliknya, jika saja bumi itu berbentuk kubus, misalnya, maka pasti hamparan itu suatu saat akan terpotong, dan kita akan menuruni suatu bagian yang menjurang, menurun, TIDAK LAGI TERHAMPAR..!

Selanjutnya, jika bumi itu adalah sebuah hamparan seperti karpet atau tikar, maka jika ada orang yang melakukan perjalanan lurus satu arah secara terus menerus, maka orang itu pada akhir perjalanannya akan sampai pada ujung bumi yang terpotong, dan tidak akan pernah kembali ke tempatnya semula, di
mana dia memulai perjalanannya yang pertama dulu.

Penelitian dan pengalaman manusia telah
membuktikan bahwa perjalanan yang dilakukan
secara terus menerus ke satu arah tertentu tidak pernah menemukan ujung dunia yang terpotong, melainkan terus menerus yang ditemukan hanyalah hamparan demi hamparan di tanah yang dilalui, untuk kemudian perjalanan itu berakhir pada tempat
semula saat perjalanan pertama dimulai. Hal ini tidak mungkin dapat terjadi jika saja bumi itu tidak bulat keberadaannya.

Penjelasan yang lebih gamblang adalah pada surat Al-Boqoroh ayat 22: Dia (Alloh) yang telah menjadikan bumi itu firasy (hamparan, kapet) BAGIMU Perhatikan kata-kata “bagimu”. Al-Qur’an dalam hal ini, tidak sekedar mengatakan bahwa bumi itu hamparan umpama karpet saja, kemudian berhenti pada kalimat itu, tapi ada kata tambahan lain yaitu
“bagimu”. Artinya, bagi kita manusia yang tinggal di atas permukaan bumi ini, bumi terasa datar.

Walaupun, bumi itu pada kenyataannya adalah tidak datar. Hanya TERASA DATAR bagi kita manusia.

Terasa datar bukan berarti benar-benar datar,
bukan.?

Penjelasan kata “karpet (firasy)” bagimu bukankah bisa diartikan sebagai sesuatu yang berfungsi untuk diduduki atau dipakai tidur, dengan aman dan
nyaman ?. Kata firasy dalam bahasa Indonesia dapat diartikan karpet, atau ranjang adalah sesuatu yang nyaman dan aman dan dipakai untuk tidur.

Nampaknya arti seperti ini dapat dipakai, sebab
keberadaan struktur bumi ini memang berlapis-lapis. Bagian intinya sangat panas dengan suhu ribuan derajat celcius yang mematikan. Namun demikian,pada bagian LAPISAN YANG PALING ATAS, ada sebuah lapisan keras setebal 70 kilometer, disebut lapisan kerak bumi yang paling aman dan nyaman, dengan suhu yang aman pula bagi kehidupan.

Seolah-olah lapisan bumi bagian atas itu adalah
‘karpet’ atau ‘ranjang’ yang terbentang luas dan
melindungi manusia serta seluruh makhluk Alloh yang berada di atasnya, aman dari bahaya lapisan bumi bagian dalam yang cair, yang sangat panas lagi mematikan itu. Subhanolloh, Maha Suci Alloh dengan firman-Nya..!

Ada satu ayat Al-Qur’an lagi yang patut kita
perhatikan sebagai tambahan penjelasan masalah ini, yakni surat Az-Zumar ayat 5: “Dia (Allah) yang telah menciptakan langit dan bumi dengan (tujuan) yang benar, Dia juga MEMASUKKAN MALAM KEPADA SIANG (dengan cara menggulungnya-penulis), DAN MEMASUKKAN SIANG ATAS MALAM, dan
menundukkan matahari dan bulan, masing-masing berjalan menurut waktu yang ditentukan. Ingatlah, Dia (Alloh) yang Maha Perkasa lagi Maha Pengampun.

Kata “at-takwir” artinya adalah menggulung. Pada ayat di atas dengan jelas Alloh berfirman bahwa malam menggulung siang dan siang menggulung malam. Kalau malam dan siang dapat saling menggulung, pastilah karena keduanya berada pada satu TEMPAT YANG BULAT secara bersama-sama.

Bagaimana keduanya dapat saling menggulung jika berada pada tempat yang datar.? Kalau saja kejadian itu pada tempat yang datar, mestinya akan lebih tepat jika dipakai kata MENIMPA atau MENINDIH.

Dari keterangan ayat di atas juga dapat diperoleh gambaran bahwa pada permukaan bumi ini setiap saat, separuh permukaannya senantiasa malam, dan separuh lagi permukaannya adalah siang hari. Hal ini
dapat digambarkan dari keterangan ayat, dimana seolah-olah bagian kepala dari sang malam itu menggulung bagian ekor dari sang siang, namun pada saat yang sama bagian kepala dari sang siang sedang menggulung pula bagian ekor dari sang malam. Sebanyak bagian siang yang digulung malam, maka pada saat yang bersamaan, sebanyak itu pula bagian malam yang sedang digulung oleh sang siang.
Sekali lagi, keterangan ini menggambarkan bahwa terjadinya hal menakjubkan tersebut di atas bumi, hanya jika permukaan BUMI ITU BULAT adanya ! Lebih jauh lagi, andaikan saja bumi ini datar seumpama sebuah karpet, pastilah jika matahari terbit dan menyinari bumi, maka keseluruhan bagian bumi seketika akan berada dalam keadaan siang.

Kemudian saat matahari berlalu meninggalkan bumi, datang pula kegelapan, maka seluruh permukaan bumi akan serentak menjadi malam pula semuanya.

Namun, kenyataannya tidak demikian..!
Di zaman modern ini, sudah terbukti disaat Indonesia sedang siang hari, lalu kita menelepon atau chatt dengan teman kita di Amerika, mereka akan mengatakan: “Disini, saat ini, adalah malam hari, teman...!”, seraya dia akan menyapa kita dengan salamnya: Good evening, my friend!” Tidak percaya.?

Silakan mencoba.!

Ajaibnya, keterangan-keterangan ini ditulis dalam ayat-ayat Al-Qur’an pada 14 abad yang lalu, disaat orang-orang Eropa dan Amerika masih primitif, dan masih menganggap bumi ini datar serta menganggapnya sebagai pusat bagi jagad raya ini.

Maha suci Alloh dengan Al-Qur’an-Nya yang Agung !

Wallohu 'alam

Penjelasan singkat tentang sumber kuota data internet

  Internet itu apa? Internet adalah jaringan komputer global yang terhubung bersama yang memungkinkan pengguna untuk saling bertukar info...